Model Pembelajaran Kooperatif (Pengertian, Tujuan, Macam, Langkah, Kelebihan dan Kekurangan)

Model pembelajaran kooperatif dibuat untuk dapat menyesuaikan perkembangan sistem pembelajaran yang ada di Indonesia. Dengan demikian metode ini dapat menggantikan sistem pembelajaran yang bersifat pasif, dimana siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru.

Model pembelajaran ini menjadi penunjang guru dalam menghadapi evolusi sistem pembelajaran di Indonesia. Metode ini bermanfaat untuk mengatasi sistem pembelajaran yang pasif, bukan hanya melelahkan guru, metode pasif pun membuat siswa cenderung bergantung pada guru tanpa inisiatif untuk belajar mandiri.

Model Pembelajaran Kooperatif (Pengertian, Tujuan, Macam, Langkah, Kelebihan dan Kekurangan)
Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif lebih mengedepankan inisiatif siswa untuk berperan dan aktif dalam kelompok belajar. Siswa tentunya memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam kecakapan dan cara berfikir. Terlebih jika dalam kelompok ada anggota yang memiliki latar belakang, ras dan etnik yang berbeda.

Oleh karena itu, metode pembelajaran ini akan mengakomodasi perbedaan tersebut sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara bekerja sama. Hal ini tentunya akan menanamkan kepada siswa arti perbedaan, tenggang rasa dan penerimaan. Nah sobat, kalian penasaran apa itu pembelajaran kooperatif dan bagaimana langkah-langkahnya?, yuk langsung saja simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan belajar yang dikakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut beberapa para ahli metode pembelajaran kooperatif yaitu:

  1. Menurut Anita Lie (2007: 29) model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
  2. Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
  3. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
  4. Menurut Stahl dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
  5. Menurut Arif Rohman (2009: 189) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.
  6. Menurut Sugiyanto (2010: 37) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan agar menjadi anggota masyarakat yang bahagian dan memberikan kontribusi.

Sedangkan Wisbaken dalam Slavin (2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:

  1. Setiap anggota memiliki peran
  2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
  3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya
  4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
  5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Rumini, dkk (1995) menjelaskan dalam pembelajaran kooperatif ada 4 variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu :

1. Model Team Game Tournament (TGT)

Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk saling bekerja sama dalam memahami materi dan menyelesaikan tugas sebagai sebuah kelompok yang dilengkapi dengan kompetensi antaranggota dalam bentuk permainan.

2. Model Student Team Achievement Division (STAD)

Peserta didik berada dalam kelompok kecil dan menggunakan lembar kerja untuk memahami suatu materi pelajaran dan saling membantu satu sama lain.

3. Model Jigsaw

Peserta didik dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil yang bersifat heterogen. Materi pelajaran dibagi-bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari materi yang sama dengan cara berdiskusi materi dan kembali ke kelompok semula untuk mempelajari materi yang telah mereka kuasai kepada anggota kelompoknya.

4. Model Group investigation (GI)

Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi topik menjadi beberapa sub topik, kemudian setiap anggota kelompok mulai meneliti untuk mencapai tujuan kelompoknya.

Sedangkan menurut Isjoni (2009), membagi pembelajaran kooperatif menjadi 6 model, yaitu:

1. Model STAD

Student Team Achievement Division atau yang disingkat (STAD) adalah salah satu model kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling bekerja sama dalam memahami materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam proses pembelajarannya, model STAD melalui 5 tahapan meliputi:

  • Tahap penyajian materi
  • Kerja kelompok
  • Tes individu
  • Penghitungan skor pengembangan individu
  • Pemberian penghargaan kelompok

2. Model Jigsaw

Model jigsaw adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling bekerja sama dalam menguasai materi dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap peserta didik dari tiap-tiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul dalam satu kelompok baru yaitu kelompok ahli. Tiap-tiap kelompok ahli bertanggung jawab untuk sebuah materi atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari dan memahasi topik materi keahliannya, mereka akan kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman-temannya dalam satu kelompok diskusi.

3. Model TGT

Team Game Tournament atau disingkat (TGT) adalah model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam beberapa kelompok belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen. Permainan ini menggunakan kartu yang berisi soal beserta kunci jawabannya.

Setiap peserta didik yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya, dan masing-masing ditempatkan pada meja turnamen. Cara memainkannya yaitu dengan membagikan kartu-kartu soal kepada para pemain, kemudian pemain mengambil kartu dan memberikannya kepada pembaca soal. Kemudian soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang hingga dapat menyelesaikan permainannya.

4. Model GI

Group investigation atau disingkat (GI) adalah model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena menggabungkan prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Keterlibatan peserta didik secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran yang memberi peluang bagi para peserta didik untuk lebih mempertajam gagasannya. Dalam pelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam member kebebasan kepada peserta didik untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif.

5. Model Rotating Trio Exchange

Seperti namanya model ini, membagi jumlah peserta didik dalam kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Pada setiap kelompok tersebut diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setiap anggota kelompok diberi nomor yang kemudian berpindah searah jarum jam dan berlawanan jarum jam. Dan setiap trio baru diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan.

6. Group Resume

Model ini menjadikan interaksi antar peserta didik jadi lebih baik, dengan memberi penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, dalam bakat dan kemampuannya di kelas. Setiap kelompok membuat kesimpulan dan mempresentasikan data-data setiap peserta didik dalam kelompok.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase. keenam fase tersebut adalah sebagai berikut: 
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar
Fase 2 : Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal
Fase 3 : Mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Membantu kerja kelompok dan belajar Membantu kelompok-kelompok belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Mengevaluasi Mengevaluasi pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk memeberikan reward terhadap usaha dan prestasi individu maupun kelompok

1. Fase pertama

Guru menjelaskan maksud dari pembelajaran kooperatif kepada siswa. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas tahapan dan aturan dalam pembelajaran.

2. Fase kedua

Guru menyampaikan informasi kepada siswa, karena informasi ini adalah isi akademik.

3. Fase ketiga

Guru menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Menyelesaikan tugas merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok mempunyai akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Hal terpenting dalam fase ini adalah jangan sampai anggota kelompok yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya (free rider).

4. Fase keempat

Guru wajib mendampingi kelompok-kelompok belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dan batas waktu menyelesaikannya. Pada fase keempat ini, guru dapat memberikan bantuan yang berupa petunjuk, arahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah dijelaskan.

5. Fase kelima

Guru mengevaluasi menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan tercapainya pembelajaran.

6. Fase keenam

Guru mempersiapkan reward yang akan diberikan kepada siswa. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tiap-tiap kelompok meskipun anggota kelompoknya saling bersaing.

Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sadker dalam Miftahul (2011) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaraan kooperatif, yaitu:

  • Peserta didik akan mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih tinggi dengan mengikuti struktur-struktur kooperatif.
  • Peserta didik yang ikut berpartisipasi dalam pembelajaran ini akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar dalam belajar
  • Rasa kepedulian siswa terhadap teman-temannya akan lebih tinggi, dan diantara mereka ada yang memiliki rasa ketergantungan yang positif dalam proses belajar.
  • Dengan adanya pembelajaran ini, siswa akan memiliki rasa penerimaan terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang, ras dan etnik yang berbeda-beda.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Sebagai suatu strategi pembelajaran model koperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu:

  • Siswa belajar mandiri dan tidak terlalu bergantung pada guru, selain itu pembelajaran ini dapat menambah kepercayaan, kemampuan berpikir, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
  • Mengembangkan kemampuan menjelaskan ide atau gagasan secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide dari siswa lain.
  • Membantu siswa untuk lebih hormat pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan yang mereka miliki.
  • Membantu memberdayakan rasa tanggung jawab setiap siswa dalam belajar.
  • Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial peserta didik.
  • Membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam menguji ide, pemahaman dan menerima umpan balik.
  • Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
  • Interaksi yang berlangsung selama pembalajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir kepada siswa.

Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Kekurangan pembelajaran kooperatif berasal dari dua faktor, yaitu faktor intern (dari dalam) dan faktor ekstern (dari luar). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.

  • Pembelajaran harus disiapkan dengan matang oleh guru, selain itu proses pembelajaran ini juga membutuhkan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
  • Fasilitas, alat dan biaya harus memadai agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
  • Ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas terkadang meluas saat kegiatan diskusi sedang berlangsung, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
  • Diskusi terkadang didominasi oleh seseorang yang menyebabkan siswa lain menjadi pasif.

Demikianlah informasi mengenai model pembelajaran kooperatif. Jangan lupa bagikan artikel ini kepada kawan-kawan sobat yang membutuhkan melalui media sosial. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Tinggalkan komentar